SEMARANG || Portaljatengnews.com – Apa jadinya jika sekolah, tempat belajar dan bermain bagi anak kini justru menjadi tempat yang menakutkan bagi anak?. Berdasarkan Asesmen Nasional tahun 2022, sebanyak 36% siswa di Indonesia berisiko mengalami bullying, 35% berisiko mengalami kekerasan seksual, dan 27% berisiko mendapatkan hukuman fisik.
Data itu mengacu pada Kementerian Pendidikan, 2022. Angka ini merupakan Angka yang sangat mengkhawatirkan terlebih lagi angka ini masih besar kemungkinan untuk terus meningkat pada tahun 2025 dan seterusnya jika tidak segera ditangani dengan serius.
Oleh karena itu, mahasiswa KKN MIT UIN Walisongo Semarang Posko 17 yang berkolaborasi dengan SD Negeri 02 Piyanggang menggelar Sosialisasi interaktif bertajuk “Anti-bullying” yang diadakan selama 2 hari yakni pada senin 28 Juli 2025 dan 31 Juli 2025.
Sosialisasi Interaktif Anti-Bullying ini menjadi wujud nyata dari kepedulian mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang bersama para guru SD Negeri 02 Piyanggang dalam menghadapi isu perundungan yang kian marak di Indonesia.
Bullying kini bukan lagi sekadar masalah pribadi antar individu, melainkan sudah menjadi fenomena sosial yang menular layaknya penyakit. Jika tidak segera dicegah, praktik ini akan terus meluas dan memakan lebih banyak korban.
Ironisnya, korban bullying yang tidak tertangani dengan baik berpotensi menjadi pelaku di masa depan, menciptakan lingkaran kekerasan yang tak berujung. Kenyataan ini sangat memprihatinkan, dan menjadi alasan kuat mengapa upaya edukasi seperti sosialisasi ini perlu dilakukan sejak dini.
Perundungan atau Bullying menjadi salah satu permasalahan yang harus mendapatkan perhatian lebih.
Acara sosialisasi ”Anti-Bullying” ini berlangsung dengan sangat meriah dan menyenangkan. Suasana semangat terpancar dari wajah adik-adik SD Negeri 02 Piyanggang yang antusias mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
Koordinator Desa (Kordes) KKN MIT UIN Walisongo Semarang Posko 17, Syaiful Annam Nazarudin, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kontribusi nyata mahasiswa dalam membangun kesadaran kolektif terhadap pentingnya lingkungan sekolah yang aman dan ramah anak.
“Kami ingin anak-anak merasa bahwa mereka punya tempat yang aman untuk bicara. Bullying seringkali dianggap sepele, padahal dampaknya sangat besar. Maka dari itu, kegiatan ini kami desain tidak hanya edukatif, tapi juga menyentuh sisi emosional siswa,” ujar Annam.
Ia juga berharap bahwa kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini saja. “Semoga sosialisasi ini menjadi langkah awal agar siswa, guru, dan orang tua lebih peka terhadap isu bullying dan bersama-sama menciptakan budaya saling menghargai di sekolah. Kami juga berharap SD Negeri 02 Piyanggang bisa menjadi contoh sekolah ramah anak di lingkungan sekitarnya,” tambahnya.

Harapan tersebut ternyata selaras dengan respons para siswa selama kegiatan berlangsung. Banyak dari mereka yang secara terbuka mengakui pernah mengalami bullying, baik berupa ejekan, pengucilan, maupun perlakuan fisik. Fakta ini membuat momen sosialisasi terasa semakin relevan dan menyentuh, baik di hari pertama (28 Juli 2025) maupun hari kedua (31 Juli 2025).
Pada hari pertama (28/07/2025), Kegiatan berfokus pada siswa kelas 1 sampai 3. Pendekatan yang digunakan pun disesuaikan dengan usia mereka, menggunakan metode bercerita, secara visual dengan menonton video tentang bullying, serta permainan sederhana yang mengajarkan nilai saling menghargai dan tidak menyakiti teman.
Meski masih tergolong usia dini, beberapa siswa sudah mulai mengenal istilah ejekan dan merasa tidak nyaman saat diperlakukan tidak adil oleh teman sebayanya.

Sementara pada hari kedua (31/07/2025), Sosialisasi di lanjutkan untuk kelas 4 hingga 6. Pada sesi ini mahasiswa kkn memaparkan materi dengan sangat interaktif dengan presentasi, kuis interaktif dan sesi berbagi pengalaman, pada sesi ini mahasiswa KKN UIN Walisongo Posko 17 dikejutkan dengan pengalaman Bullying dari para siswa.
Salah satunya disampaikan oleh Anindhita siswa kelas 5 yang bersekolah di SD Negeri Piyanggang yang menceritakan pengalamannya, “Kak aku dulu pernah di Bully waktu kelas 3 sama temen-temen, aku gatau kenapa pas aku lagi main aku tiba-tiba dilempari batu sama rumput yang gatal kalau kena kulit. pas aku udah pindah tempat masih tetap dibully gitu.” ujar Andhita. “Oiya, aku juga pernah di ejek (dipanggil) dengan nama bapak sama ibu aku, aku sedih banget sih kak” sambung Andhita.
Cerita yang disampaikan Anindhita bukanlah satu-satunya. Beberapa siswa lainnya juga mulai terbuka dan membagikan pengalaman serupa, menunjukkan bahwa bullying masih menjadi permasalahan yang nyata di lingkungan sekolah dasar. Momen ini menjadi titik penting dalam kegiatan, di mana siswa mulai merasa didengar dan dipahami.
Melalui sosialisasi interaktif ini, mahasiswa KKN MIT UIN Walisongo Semarang Posko 17 berharap dapat menanamkan kesadaran sejak dini bahwa bullying bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Lingkungan sekolah harus menjadi ruang aman bagi setiap anak untuk tumbuh, belajar, dan merasa dihargai. Sebagai bagian dari upaya pencegahan, mahasiswa KKN juga mengajak siswa untuk menuliskan pengalaman bullying mereka secara anonim sebagai bentuk ekspresi dan refleksi diri.
Selain itu, siswa juga diajarkan bagaimana cara menanggapi jika melihat tindakan bullying, mulai dari berani melapor kepada guru atau orang dewasa lain hingga memberikan dukungan emosional kepada teman yang menjadi korban. Dengan kolaborasi antara mahasiswa, guru, dan siswa, diharapkan semangat untuk mewujudkan sekolah yang ramah anak dapat terus berlanjut dan menjadi inspirasi.
#STOPBULLYING #Sekolahramahanak #AntiBullying #CegahPerundungan #BeraniBicara #NoToBullying #GenerasiTanpaBullying #SekolahRamahAnak #BersamaKitaBisa #KKN2025 #KKNUINWalisongo #KKNPosko17 #Posko17DesaPiyanggang #KKNMITUINWalisongo #KKNMembangunDesa #AksiSosialMahasiswa #DesaPiyanggangBerkarya
Penulis dan Penanggungjawab tulisan: Aliya Nurfitria (KKN MIT Ke-20 UIN Walisongo Semarang Posko 17).
Editor : Heri

 
					





 
						 
						 
						 
						 
						