SEMARANG || Portaljatengnews.com – Ratusan Warga Desa Piyanggang turun memadati jalan utama desa demi memperingati malam kemerdekaan dengan melangsungkan “Acara Tirakatan”. Pelaksanaan “Acara Tirakatan” ini telah menjadi tradisi turun temurun yang tidak terpisahkan dari masyarakat Desa Piyanggang sebagai bentuk syukur sekaligus mengenang perjuangan dan jasa jasa para pejuang kemerdekaan. Dengan nuansa Semarak namun tetap Khidmat yang terpancar sepanjang berlangsungnya acara mencerminkan kebersamaan dan guyub rukun masyarakat Desa Piyanggang.
“Acara Tirakatan” ini dimulai dengan pembukaan dan sambutan singkat dari Kepala Desa Piyanggang, bapak Imrodin. dalam sambutannya, pak Imrodin menekankan pada warga akan pentingnya mengenang jasa para pahlawan sekaligus menjaga semangat persatuan di tengah masyarakat. “Di malam Kemerdekaan ini kita berkumpul bukan sekadar memperingati, tetapi juga untuk mengenang jasa para pahlawan dan menjaga semangat kebersamaan di Desa Piyanggang,” tegasnya.
Antusiasme warga terlihat jelas dari ramainya peserta yang hadir, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Mereka duduk bersama di sepanjang jalan utama, menyimak setiap rangkaian acara dengan penuh perhatian. Sorak-sorai anak-anak dan orang tua dengan khidmat mengikuti doa dan refleksi sejarah.Dalam sambutannya, Kepala Desa Piyanggang menyampaikan bahwa tirakatan bukan hanya ritual tahunan, melainkan wujud nyata penghormatan terhadap jasa pahlawan. Ia juga menekankan pentingnya menjaga persatuan dan gotong royong sebagai nilai yang diwariskan para pejuang. “Semoga melalui tirakatan ini kita semua dapat terus menjaga kebersamaan dan meneruskan semangat perjuangan,” ungkapnya.
kemudian dilanjutkan dengan Renungan dan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Suasana hening penuh khidmat terasa ketika seluruh warga berkumpul di jalan utama desa sambil menundukkan kepala mendoakan para pahlawan bangsa. Usai doa, acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu-lagu perjuangan yang menambah semangat nasionalisme yang dipimpin oleh Mahasiswa KKN UIN Walisongo semarang yang diikuti oleh seluruh warga desa piyanggang yang hadir.Kegiatan tirakatan tahun ini semakin meriah dengan kehadiran mahasiswa KKN MIT ke-20 Posko 17 UIN Walisongo Semarang. Mahasiswa turut membantu persiapan, mendampingi jalannya acara, hingga ikut berbaur dengan warga dalam berbagai kegiatan. Kehadiran mereka menambah semangat sekaligus mempererat hubungan antara masyarakat desa dan generasi muda.

Setelah melalui prosesi renungan dan doa kemudian dilanjutkan dengan Tradisi “bancaan” yang turut menjadi bagian penting dalam tirakatan. Warga secara gotong royong menyiapkan nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauk khas desa seperti kluban, mie goreng dan tidak lupa tahu juga tempe semua terhidang rapih di atas daun pisang yang menyelimuti sepanjang jalan Desa Piyanggang. Acara “bancaan” ini merupakan simbol rasa syukur dan persatuan warga Desa Piyanggang dan Mahasiswa KKN UIN Walisongo semarang Posko 17 pun turut dipersilakan bergabung. “Ayo, silakan mas mbak langsung gabung saja bersama warga, kita makan seadanya bersama,” ajak Bu Siti Mukaromah, istri Kepala Desa Piyanggang, dengan hangat.
Acara Tirakatan kemudian ditutup dengan ramah tamah antarwarga, dan saling bersalaman sebagai simbol kebersamaan. Malam kemerdekaan di Desa Piyanggang pun berlangsung dengan penuh rasa syukur, semarak, dan kehangatan. Kehadiran mahasiswa KKN turut memberi warna baru dalam perayaan ini, sekaligus meninggalkan pesan bahwa semangat kemerdekaan akan terus hidup dalam kebersamaan warga desa.
Dengan berakhirnya tirakatan, masyarakat Desa Piyanggang berharap tradisi ini dapat terus dilestarikan oleh generasi muda. Acara sederhana namun penuh makna ini menjadi pengingat bahwa kemerdekaan adalah warisan yang harus dijaga melalui persatuan dan kebersamaan.Kegiatan tirakatan ini sekaligus menjadi refleksi bahwa semangat kemerdekaan tidak hanya dirayakan lewat upacara, tetapi juga melalui nilai gotong royong dan kebersamaan yang hidup di tengah masyarakat.

Setelah seluruh rangkaian tirakatan selesai, mahasiswa KKN bersama warga melanjutkan kegiatan dengan bergotong royong membersihkan jalanan yang dipakai untuk acara. Tidak berhenti di situ, kebersamaan berlanjut dengan bakar-bakaran sederhana seperti sosis dan bakso bersama Karang Taruna setempat. Acara kecil-kecilan itu diiringi dengan nyanyian penuh kebahagiaan yang membuat suasana malam semakin hangat. Meski sederhana, momen tersebut menyimpan makna yang sangat dalam tentang kebersamaan dan rasa syukur atas kemerdekaan.
Menurut Koordinator desa KKN UIN Walisongo Semarang Posko 17 juga sedikit mengenai kesan yang didapat setelah acara Tirakatan usai, “Kegiatan sederhana seperti ini justru yang paling berkesan. Bakar-bakaran, nyanyi bareng, dan ngobrol sama warga bikin kami merasa diterima” ujarnya. Salah seorang Anggota KKN MIT ke-20 Posko 17, Resti Arsita, turut menambahkan kesannya setelah mengikuti rangkaian acara Tirakatan. “Kebersamaan yang tercipta di malam kemerdekaan ini memberi pengalaman berharga, sekaligus menjadi remainder tentang arti persatuan dan rasa syukur atas kemerdekaan. Semoga semangat ini bisa terus terjaga,” ungkapnya.Kebersamaan warga dan mahasiswa KKN dalam tirakatan kali ini juga menunjukkan pentingnya sinergi antara masyarakat dan generasi muda. Semangat inilah yang diharapkan mampu terus menyalakan api persatuan di Desa Piyanggang.
Penulis dan penanggung jawab tulisan: Aliya Nurfitria







