BOYOLALI || Portaljatengnews.com – Kerugian materi korban kebakaran di Pasar Karanggede, Boyolali, yang terjadi pada tanggal 4 November 2024 lalu, terbilang cukup besar.
Herawati seorang pedagang yang juga korban kebakaran Pasar Karanggede, mengalami kerugian hingga Rp 400 juta, yang hingga saat ini belum mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Disebutkan Herawati, bahwa kios yang dia tempati adalah perjuangan ibunya bernama Sukarsih yang merintis selama 50 tahun lebih, namun ludes terbakar.
Dalam penuturannya, Herawati mewakili para pedagang, bahwa sebanyak 80 lebih korban kebakaran sudah mengajukan kredit lunak namun yang datang Baznas, kemudian surveinya ke rumah bukan ke lokasi kebakaran.
“Kalau surveinya di rumah dan melihat kriteria bangunan, otomatis banyak pedagang yang tidak dapat. Sedangkan ini persyaratannya harus bangunan permanen, tidak berdasarkan korban yang diderita,” ungkap Herawati yang juga Humas Paguyuban Pedagang Pasar Karanggede. Minggu (2/2/2025).
Menurut Herawati sejak terjadi peristiwa kebakaran pasar Karanggede, sebanyak 80 lebih korban, belum mendapatkan bantuan modal usaha.
“Kemarin ada informasi via HP dari Baznas, menyatakan kalau Baznas tidak bisa memberikan bantuan karena melihat kondisi rumah,” tuturnya
“Harapan kami, mohon kepada pemerintah bisa memberikan sedikit bantuan modal kepada kami yang sudah terpuruk, karena kami harus bangkit, harus hidup. Kalau kami tidak bisa jualan, kami tidak ada pendapatan, sedangkan anak-anak kami masih butuh biaya untuk sekolah, biaya untuk hidup, tapi sampai saat ini belum ada sedikit pun bantuan dari pemerintah,” ungkapnya.
Ia juga menuturkan terkait relokasi padagang pasar Karanggede, hingga saat ini pemerintah setempat belum merelokasi korban ke tempat yang dijanjikan.
Hal yang sama diutarakan Tukiminanto suami pedagang pasar Karanggede. Ia mengatakan mereka (korban) sebelum perisitiwa kebakaran sebagian sudah memiliki pinjaman dari Bank.
“Jadi kalau pemerintah mengandalkan pinjaman lunak untuk para pedang, saya kira para pedagang mikir seratus kali, karena masih punya tanggungan di Bank,” katanya.
“Yang kami harapkan dari pemerintah, hanya bantuan modal untuk usaha agar kami bisa jualan kembali,” pungkasnya.
(Agung)