KUDUS || Portaljatengnews.com – Pengurus makam Kanjeng Sunan Kedu (Seikh Abdul Bashir) bekerja sama dengan Pemerintahan Desa Gribig menggelar tradisi Kirab Budaya Buka Luwur. Selasa (8/7/2025).
Gelaran tradisi kirab budaya tersebut dalam rangka memperingati buka luwur Kanjeng Sunan Kedu yang diperingati setiap tanggal 13 Muharram pada penanggalan Arab.
Acara kirab budaya itu dihadiri Kepala Desa Gribig Imam Santoso, Camat Gebog Fariq Mustofa serta Forkopimcam Gebog dan dari Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus.
Kirab gunungan itu diarak mulai dari depan Bale Desa Gribig kemudian ke timur sampai pertigaan jalan raya Besito kemudian ke utara dan sesampainya di pertigaan Pukesmas Gebog lalu kebarat, dan finish di depan Madrasah Diniah Sunan Kedu yang berada di dukuh Krajan belakang makam Kanjeng Sunan Kedu.
Sebanyak dua puluh lima elemen masyarakat mengikuti kirab budaya tradisonal buka luwur kanjeng Sunan Kedu, diantaranya dari elemen Fatayat, Muslimat NU, IPNU IPPNU, Banser Gerakan Pemuda Anshor, dan perguruan pencak silat Setia Hati Terate, serta jajaran pemerintahan Desa Gribig dan elemen masyarakat lain.
Masyarakat Desa Gribig dan sekitarnya sangat antusias menyaksikan kirab budaya buka luwur Kanjeng Sunan Kedu, mereka dengan suka cita berjejer di pinggir jalan yang dilalui kirab, sebagian merekam para peserta kirab dan berswa foto dengan beck ground peserta kirab.
Pada kesempatan itu ketua pengurus makam Sunan Kedu Utomo mengungkapkan, bahwa kegiatan kirab dan tradisi buka luwur adalah sebagai upaya melestarikan budaya peninggalan Sunan Kedu.
“Kegiatan ini adalah nguri uri peninggalan sunan kedu, yang telah menyebarkan agama islam di desa Gribig,” ujar Utomo.

Pada pelaksanaan kirab budaya buka luwur tahun ini, selain mengarak gunungan juga melibatkan empat kereta kuda yang di tumpangi oleh kepala desa Gribig, forkopimcam, dan para pengurus makam Kanjeng Sunan Kedu.
Dan setelah sampai di dukuh Krajan depan Madrasah Diniah Sunan Kedu, kirab gunungan dinyatakan finish dan selanjutnya dilakukan grebek gunungan, yang sebelumnya dilakukan doa beserta kepungan nasi nampan.
Laporan: Faizun
Editor: Heri