GROBOGAN || Portaljatengnews.com – Warga Desa Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, khususnya warga dusun Kedungwungu RT 01 RW 06, mengeluhkan bau tidak sedap yang berasal dari kandang ayam milik Sw yang dibangun di samping lapangan Desa setempat tahun 2017 lalu.
Menurut penuturan J warga setempat, bahwa bau busuk yang bersumber dari kandang ayam tersebut, sudah lama namun warga enggan berurusan dengan sosok pemilik kandang. Kemudian puncak kemarahannya terjadi pada tanggal 16 Mei 2025, mereka mendesak pemerintah desa, agar mencarikan solusi.
Kemudian pihak desa mengundang perwakilan warga dan pemilik kandang untuk dilakukan mediasi. Jadwal mediasi ditentukan pada tanggal 16 Mei 2025 pukul 20.00 WIB, namun pemilik kandang tidak hadir.
Menurut informasi warga, bahwa pemilik kandang ayam mengatakan, “kalau mau didemo ya silahkan. Wong itu kandang milik saya sendiri, ngapain pada ribut,” tutur J menirukan perkataan pemilik kandang.
Kemudian keesokan harinya yaitu tanggal 17 Mei 2025 pukul 09.00 WIB, warga berbondong-bondong mendatangi kandang ayam dan rumah Warto Londo sapaan akrabnya, untuk berdemo. Akan tetapi tidak ada kesepakatan.
“Kami atas nama warga Panunggalan harus bertindak bagaimana agar bisa aman dari bau busuk yang menyengat,” ungkapnya.
Ia juga menuturkan, terkait pembangunan kandang ayam, bahwa izin belakangan setelah kandang itu berdiri.
“Pendirian kandang ayam itu izin ke warga setelah kandang ayam berdiri,” tuturnya.
Tidak hanya itu, imbas dari bau tak sedap, dikatakan, bahwa upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus yang biasanya dilaksanakan di lapangan Desa Panunggalan, pindah ke tempat lain.
Seorang warga yang enggan identitasnya dipublikasikan mengaku, lokasi kandang ayam berada dekat dengan permukiman warga.
Kondisi ini menyebabkan bau kotoran ayam mudah tercium, terutama saat angin bertiup ke arah rumah-rumah penduduk.
“Hampir setiap hari kami harus mencium bau itu. Kami sudah menyampaikan keluhan ke pihak desa. Tapi sampai sekarang belum ada perubahan,” ujarnya, Minggu (18/5/2025).
Laporan: Putra.
Editor : Heri







